Ibnu Katsir dalam tafsirnya tentang ayat ini menyebutkan sebuah riwayat yang dinukil dari Ibnu ʿAsākir, bahwa dia mencantumkan dalam biografi salah seorang perawi, dari Sulaiman bin al-Mughirah bahwa Sulaiman bin al-Mughirah ini pernah berbuat dosa lalu menganggapnya remeh, lalu dia melihat dalam mimpinya seseorang mendatanginya dan berkata kepadanya:
“Jangan sekali-kali meremehkan dosa kecil, karena dosa kecil itu lambat laun bisa menjadi besar. Sungguh, dosa kecil, meskipun telah lama berlalu, di sisi Allah tetap tercatat dengan rinci, maka kendalikan nafsumu dari kebiasaan bermalas-malasan.
Jangan menjadi orang yang sulit mengendalikan diri, dan bersungguh-sungguhlah dalam amal! Sesungguhnya orang yang sudah cinta kepada Tuhannya, maka hatinya akan terbang dan diilhami pemikiran yang mendalam, maka mohonlah hidayah kepada Allah dengan niat yang tulus, dan cukuplah Allah sebagai Pemberi Petunjuk dan Penolong.”
====
ذَكَرَ ابْنُ كَثِيرٍ عِنْدَ هَذِهِ الْآيَةِ عَنْ ابْنِ عَسَاكِرَ أَنَّهُ َذَكَرَ فِي تَرْجَمَةِ أَحَدِ الرُّوَاةِ عَنْ سُلَيمَانَ بْنِ الْمُغِيرَةِ أَنَّهُ هَذَا سُلَيمَانُ بْنُ الْمُغِيرَة عَمِلَ ذَنْبًا فَاسْتَصْغَرَهُ فَرَأَى فِي الْمَنَامِ آتِيًا يَأْتِيهِ وَيَقُولُ لَهُ
لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الذُّنُوبِ صَغِيرًا إِنَّ الصَّغِيرَ غَدًا يَصِيرُ كَبِيرًا إِنَّ الصَّغِيرَ وَلَوْ تَقَادَمَ عَهْدُهُ عِنْدَ الْإِلَهِ مُسَطَّرٌ تَسْطِيرًا فَازْجُرْ هَوَاكَ عَنِ الْبِطَالَةِ
لَا تَكُنْ صَعْبَ الْقِيَادِ وَ شَمِّرَنَّ تَشْمِيرًا إِنَّ الْمُحِبَّ إِذَا أَحَبَّ إِلَهَهُ طَارَ الْفُؤَادُ وَأُلْهِمَ التَّفْكِيرَ فَاسْأَلْ هِدَايَتَكَ الْإِلَهَ بِنِيَّةٍ فَكَفَى بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا